Belum lama ini dua tokoh dari industri teknologi mengungkap pendapat 'mengerikan' berkenaan perubahan teknologi robotika serta artificial intelligence (AI) dengan kata lain kecerdasan buatan.
Menurut pakar fisika kuantum Profesor Stephen Hawking, kecerdasan buatan mempunyai potensi beresiko untuk kelangsungan hidup umat manusia.
Si-jenius penemu teori gravitasi kuantum serta lubang hitam ini menyebutkan bahwa AI adalah kreasi manusia yang bisa mempunyai kekuatan melampaui manusia sebagai penciptanya.
Seirama dengan Hawking, teknopreuneur kenamaan Elon Musk juga berpendapat yang sama. Pendiri perusahaan inovatif Tesla serta SpaceX ini juga mengakui sangatlah cemas dengan potensi beresiko yang dipunyai oleh teknologi AI.
Ia bahkan juga mengumpamakan AI juga sebagai 'setan yang susah ditaklukan oleh manusia'. Kecemasan Musk jadi cukup serius, ia hingga mendonasikan dana sebesar US$ 10 juta pada Future Of Life Institute sebagai instansi non-profit yang memanglah didirikan untuk menghindar beragam hal yang meneror kelangsungan hidup umat manusia, termasuk juga dari ancaman robot.
Tetapi hasil konferensi World Economic Komunitas yang berjalan di Davos, Swiss, sekian waktu lalu menyimpulkan hal yang bertolak belakang dengan kecemasan Musk serta Hawking.
Konferensi yang digagas oleh dua Profesor asal UC Berkeley yaitu Ken Goldberg (bagian robotika) serta Alison Gopnik (bidak psikologi) itu malah menyimpulkan bahwa mesin (robot) terlampau 'bodoh' agar bisa menggantikan peran manusia.
'Lebih gampang bikin mesin yang mengikuti kekuatan seseorang Grand Master catur di banding bikin mesin yang mirip anak kecil berumur 2 th' tutur Gopnik.
Ini berarti, bikin mesin dengan program spesial yang konsentrasi pada satu persoalan --permainan catur contohnya-- tambah lebih gampang walau tampak rumit. Walau demikian mesin tidak bisa melakukan tindakan seperti anak kecil yang dapat menyerap banyak info dengan cara acak untuk belajar serta berkembang.
Umumnya robot hebat yang ada sekarang ini terima beragam pembaruan data serta perbaikan hardware dengan cara berkala yang dikerjakan oleh manusia. Mereka tak dapat bikin diri mereka pandai, atau melakukan perbaikan diri mereka sendiri.
Secanggih apa pun computer tak akan menafsirkan pemikiran non-logis manusia. 'Saya meyakini robot akan tidak pernah dapat membuahkan lelucon besar dalam kehidupan saya', tutur Goldberg.
Tak ada program ciptaan manusia yang dapat bikin robot tahu seni serta estetika. Bahkan juga manusia juga tak seluruhnya dapat mempunyai kreatifitas yang sama bagusnya.
Computer tidak bisa memperbarui inspirasi mereka sendiri. Mereka bakal beroperasi sesuai sama program yang sudah ditetapkan. Ini adalah titik lemah computer, lantaran dengan begini manusia senantiasa dapat memperkirakan apa yang bakal dikerjakan computer setelah itu.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, mesin tidak bisa ekspresif. Ia tak mempunyai kekuatan untuk menyebabkan rasa 'ingin' serta ketertarikan pada satu hal dengan cara spontan.
Ini telah bukanlah rahasia lagi, manusia yang dibekali akal pikiran, perasaan serta hasrat sangatlah tambah lebih beresiko dibanding mesin yang sangatlah pandai sekalipun.
Menurut pakar fisika kuantum Profesor Stephen Hawking, kecerdasan buatan mempunyai potensi beresiko untuk kelangsungan hidup umat manusia.
Si-jenius penemu teori gravitasi kuantum serta lubang hitam ini menyebutkan bahwa AI adalah kreasi manusia yang bisa mempunyai kekuatan melampaui manusia sebagai penciptanya.
Seirama dengan Hawking, teknopreuneur kenamaan Elon Musk juga berpendapat yang sama. Pendiri perusahaan inovatif Tesla serta SpaceX ini juga mengakui sangatlah cemas dengan potensi beresiko yang dipunyai oleh teknologi AI.
Ia bahkan juga mengumpamakan AI juga sebagai 'setan yang susah ditaklukan oleh manusia'. Kecemasan Musk jadi cukup serius, ia hingga mendonasikan dana sebesar US$ 10 juta pada Future Of Life Institute sebagai instansi non-profit yang memanglah didirikan untuk menghindar beragam hal yang meneror kelangsungan hidup umat manusia, termasuk juga dari ancaman robot.
Tetapi hasil konferensi World Economic Komunitas yang berjalan di Davos, Swiss, sekian waktu lalu menyimpulkan hal yang bertolak belakang dengan kecemasan Musk serta Hawking.
Konferensi yang digagas oleh dua Profesor asal UC Berkeley yaitu Ken Goldberg (bagian robotika) serta Alison Gopnik (bidak psikologi) itu malah menyimpulkan bahwa mesin (robot) terlampau 'bodoh' agar bisa menggantikan peran manusia.
7 Argumen Mengapa Manusia Tidak Butuh Takut Dikuasai Robot
Dengan cara garis besar mereka merumuskan tujuh argumen bagus mengapa manusia tak perlu takut dunia dikuasai oleh robot. Tersebut penjelasannya :1. Mesin/robot tidak bisa belajar dari pengalaman dengan cara acak
'Lebih gampang bikin mesin yang mengikuti kekuatan seseorang Grand Master catur di banding bikin mesin yang mirip anak kecil berumur 2 th' tutur Gopnik.
Ini berarti, bikin mesin dengan program spesial yang konsentrasi pada satu persoalan --permainan catur contohnya-- tambah lebih gampang walau tampak rumit. Walau demikian mesin tidak bisa melakukan tindakan seperti anak kecil yang dapat menyerap banyak info dengan cara acak untuk belajar serta berkembang.
2. Mesin/robot senantiasa perlu manusia untuk jadi pandai.
Umumnya robot hebat yang ada sekarang ini terima beragam pembaruan data serta perbaikan hardware dengan cara berkala yang dikerjakan oleh manusia. Mereka tak dapat bikin diri mereka pandai, atau melakukan perbaikan diri mereka sendiri.
3. Mesin/robot tak dapat bikin lelucon.
Secanggih apa pun computer tak akan menafsirkan pemikiran non-logis manusia. 'Saya meyakini robot akan tidak pernah dapat membuahkan lelucon besar dalam kehidupan saya', tutur Goldberg.
4. Mesin/robot tak dapat kreatif.
Tak ada program ciptaan manusia yang dapat bikin robot tahu seni serta estetika. Bahkan juga manusia juga tak seluruhnya dapat mempunyai kreatifitas yang sama bagusnya.
5. Mesin/robot tak dapat lakukan pembaruan inspirasi.
Computer tidak bisa memperbarui inspirasi mereka sendiri. Mereka bakal beroperasi sesuai sama program yang sudah ditetapkan. Ini adalah titik lemah computer, lantaran dengan begini manusia senantiasa dapat memperkirakan apa yang bakal dikerjakan computer setelah itu.
6. Mesin/robot tidak bisa bermain.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, mesin tidak bisa ekspresif. Ia tak mempunyai kekuatan untuk menyebabkan rasa 'ingin' serta ketertarikan pada satu hal dengan cara spontan.
7. Orang bodoh lebih beresiko dari Mesin/robot pandai.
Ini telah bukanlah rahasia lagi, manusia yang dibekali akal pikiran, perasaan serta hasrat sangatlah tambah lebih beresiko dibanding mesin yang sangatlah pandai sekalipun.